Selasa, 26 Februari 2013

BUDAK YANG BERUNTUNG

Manshur bin Amar, salah seorang tokoh sufi dari tanah Arab, suatu ketika menyampaikan nasihat dalam sebuah forum pengajian. Tiba-tiba datanglah seprang peminta-minta ke forum itu. Tujuannya adalah untuk meminta uang dari mereka sejumlah empat dirham. Maka, Manshur bin Amar pun berkata kepada para hadirin yang mengikuti acara prngajian tersebut: “Barang siapa yang bersedia memenuhi permintaan orang lain, maka aku akan mendoakan baginya empat permohonan.”

Pada saat itu, ada salah satu seorang hadirin yang langsung berdiri. Ia adalah seorang budak berkulit hitam. Majikannya bukanlah seorang Muslim, melainkan seorang Yahudi. Budak itu ternyata memiliki uang sejumlah empat dirham dan uangnya ia bawa pada saat itu. Namun, sebelum ia menyatakan kesanggupannya, budak itu mengadukan satu syarat kepada Manshur bin Amar. Yakni, ia meminta agar empat macam doa  yang akan dimohonkan oleh Manshur bin Amar itu nanti haruslahsesuai dengan keinginananya.
Manshur bin Amar menyetujui usulan dari budak itu. Maka, budak itu pun menyerahkan uangnya sejumlah empat dirham itu kepada peminta-minta tadi. Kemudian ia duduk di hadapan Manshur bin Amar untuk mengajukan permohonan yang ia inginkan. Setelah mendapatkan isyarat dari Manshur bin Amar agar budak itu menyebutkan empat macam keinginannya, maka budak itu pun berkata: “Wahai tuan guru, aku ini adalah seorang budak. Aku mohon agar engkau mendoakan agar aku dimerdekakan oleh majikanku. Itulah keinginanku yang pertama.”
“Kemudian, keinginanku yang kedua adalah,” lanjut budak itu, “bahwasannya majikanku itu merupakan seorang Yahudi. Maka, doakanlah baginya agar ia memperoleh hidayah Allah dan memeluk agama islam,” ujar budak itu.
Selanjutnya, ia mengemukakan keinginannya yang ketiga. “Aku ini sebetulnya adalah seorang fakir miskin. Maka, aku ingin agar engkau mendoakanku menjadi orang yang kaya. Sedang kekayaan yang kuperoleh itu nanti benar-benar merupakan anugrah dari Allah melalui makhluk-Nya. Itulah permohonanku yang ketiga,” katanya.
“Sedang permohonanku yang keempat, doakanlah aku agar Allah mengampuni dosa-dosaku,” ujar budak itu mengakhiri permintaannya. Manshur bin Amar pun memenuhi keinginan budak itu. Ia berdoa kepada Allah sesuai degan keempat permohonan budak tersebut.
Usai mendoakan bagi budak itu, Manshur bin Amar melanjutkan pengajiannya hingga selesai. Sementara itu, tak ada yang terjadi pada diri budak itu hingga ia pulang ke rumah majikannya. Setibanya di rumah majikannya, ia ditanya oleh majikannya tentang kegiatannya hari itu. Maka ia pun bercerita tentang pengalamannya di forum pengajian Manshur bin Amar. Termasuk empat macam doa yang ia minta kepada Manshur bin Amar.
Mendengar kisah budaknya itu, sang majikan yang beragama Yahudi itu menjadi terkesima. Hanya dengan empat dirham, seseorang bisa memperoleh banyak anugrah dan berkah, pikirnya. Pada saat itu, masuklah sinar hidayah ke dalam hati sang majikan. Ia segera memerdekakan budaknya itu dan mengucapkan syahadat di hadapan budaknya yang sudah merdeka itu.
Tak hanya itu saja, majikan yang sudah Muslim itu juga menyerahkan sebagian hartanya kepada mantan budaknya tersebut. Tinggal satu doa saja yang belum diketahui apakah sudah terpenuhi ataukah tidak. Yakni, tentang pengampunan dosa-dosa dari mantan budak itu.
Kemudian terdengarlah suara gaib dari sudut rumah itu yang berkata: “Sesungguhnya, kalian berdua telah kami ampuni dan dibebaskan dari siksa neraka. Begitu pula dengan Manshur bin Amar, juga akan bersama kalian.”
Alhasil, terpenuhilah empat doa yang dimohonkan oleh Manshur bin Amar sesuai permintaan si budak tadi. Sesungguhnya Allah adalah Zat yang selalu mengabulkan doa hambanya. Di pintu ‘Arsy Allah, telah tertulis kalimat “Aku mengabulkan doa hamba-Ku yang berdoa.” Oleh karena itu, alangkah meruginya mereka yang tak mau memaafkan doa sebagai jalan untuk memohon ampunan Allah.
Akan tetapi, perlu juga kita ingat sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah Saw. Bahwasannya Allah tidak mengabulkan doa orang yang hatinya sedang lengah. Wa’ lamu annallaha ta’ala la yaqbalud-da’a‘a min qalbin ghafilin (Ketahuilah oleh kalian semua, bahwasannya Allah tidak akan mengabulkan doa dari orang yang berhati lengah).
Pada gilirannya,kembali lagi ke hati kita. Jangan biarkan hati kita lengah dari mengingat Allah, agar Allah pun tidakmelalaikan kita dari rahmat dan ampunan-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar